Ilustrasi digital payment. (CNN Indonesia/Eka Santhika Parwitasari)
Perusahaan penyedia transportasi umum, Bluebird mengatakan pihaknya tak menutup kemungkinan mengajak perusahaan alat pembayaran digital selain Dana, seperti Ovo untuk menyediakan opsi pembayaran kepada penggunanya.
"Itu tetap merupakan kesempatan yang kita bisa lakukan tapi kalau berupa kerjasama, yang diajak kerjasama perlu diajak bicara," kata Direktur PT Bluebird Tbk Sigit Djokosoetono kepada awak media usai acara Kolaborasi Bluebird bersama DANA di kantor pusat Bluebird, Jakarta, Rabu (20/11).
Meski begitu, Sigit menyebut perusahaan tidak hanya berfokus pada pengembangan pembayaran Bluebird secara digital. Namun Bluebird juga menyediakan opsi pembayaran lain, misalnya melalui kartu kredit atau debit.
Jika memungkinkan, Bluebird bakal menggaet perusahaan pembayaran digital lain yang belum banyak digunakan oleh masyarakat.
"Kalau tidak pakai alat pembayaran A, beralih ke B tetapi orangnya sama-sama saja, benefitnya tidak terlalu kelihatan. Tetapi kalau ternyata ada pembayaran digital yang market belum pakai, itu yang jadi fokus kita," jelas Sigit.
Menyoal Ovo, pengguna salah satu perusahaan ride-hailing Grab telah menyediakan opsi pembayaran lewat Ovo sejak Juli 2018. Pengguna yang mengisi saldo untuk digunakan sebagai biaya transportasi, juga bisa digunakan untuk makan di restoran yang telah digandeng Ovo.
Selain menggandeng Grab, platform pembayaran digital milik Lippo Group ini juga menggaet Bank Mandiri, Alfamart, dan Moka. Lewat kerjasama ini, pengguna OVO bisa melakukan transaksi di merchant milik Mandiri, begitu pun sebaliknya.
Ditambah lagi, berhembus kabar bahwa Grab tengah melakukan pembicaraan untuk menggabungkan (merger) OVO dengan DANA guna menyaingi usaha uang elektronik milik Gojek yakni Gopay.
Lakukan Peremajaan Armada
Bluebird mengungkapkan salah satu strategi perusahaan untuk tetap 'eksis' di tengah persaingan taksi online ialah peremajaan kendaraan taksi mereka. Menurut Sigit, peremajaan merupakan core bisnis (bisnis utama) Bluebird demi melayani para pelanggannya.
"Tentu itu merupakan strategi core bisnis kita, bagaimana pun juga kami yakin tidak ada pelanggan yang suka dengan kendaraan yang tua. Maka kita lakukan peremajaan kendaraan, ini strategi utama kita agar pelanggan tetap aman dan nyaman," tuturnya.
Meski begitu, Sigit belum bisa memastikan berapa banyak kendaraan yang bakal diperbaiki. Selain peremajaan, Bluebird juga melakukan pengembangan kendaraan seperti shuttle bus antar kota dan bandara. Lalu, kendaraan lain seperti bus dan limosin bakal dikembangkan lebih jauh karena para pelanggan mereka tak hanya memakai taksi.
"Kita juga ada jasa rental jangka panjang karena selain di Bluebird, ada sewa korporasi, menyewa untuk pemakaian 2 sampai 3 tahun. Ini juga menjadi fokus pengembangan tahun depan," pungkasnya.
Menyoal persaingan dengan perusahaan penyedia taksi online atau biasa disebut ride hailing, yakni Grab dan Gojek. Bluebird sebetulnya telah melakukan kerjasama dengan Gojek sejak 2017.
Kolaborasi keduanya terwujud dalam layanan Go-Bluebird. Jenis layanan baru ini, pengguna bisa memesan kendaraan khusus untuk taksi Bluebird.
"Itu tetap merupakan kesempatan yang kita bisa lakukan tapi kalau berupa kerjasama, yang diajak kerjasama perlu diajak bicara," kata Direktur PT Bluebird Tbk Sigit Djokosoetono kepada awak media usai acara Kolaborasi Bluebird bersama DANA di kantor pusat Bluebird, Jakarta, Rabu (20/11).
Meski begitu, Sigit menyebut perusahaan tidak hanya berfokus pada pengembangan pembayaran Bluebird secara digital. Namun Bluebird juga menyediakan opsi pembayaran lain, misalnya melalui kartu kredit atau debit.
Jika memungkinkan, Bluebird bakal menggaet perusahaan pembayaran digital lain yang belum banyak digunakan oleh masyarakat.
"Kalau tidak pakai alat pembayaran A, beralih ke B tetapi orangnya sama-sama saja, benefitnya tidak terlalu kelihatan. Tetapi kalau ternyata ada pembayaran digital yang market belum pakai, itu yang jadi fokus kita," jelas Sigit.
Menyoal Ovo, pengguna salah satu perusahaan ride-hailing Grab telah menyediakan opsi pembayaran lewat Ovo sejak Juli 2018. Pengguna yang mengisi saldo untuk digunakan sebagai biaya transportasi, juga bisa digunakan untuk makan di restoran yang telah digandeng Ovo.
Selain menggandeng Grab, platform pembayaran digital milik Lippo Group ini juga menggaet Bank Mandiri, Alfamart, dan Moka. Lewat kerjasama ini, pengguna OVO bisa melakukan transaksi di merchant milik Mandiri, begitu pun sebaliknya.
Ditambah lagi, berhembus kabar bahwa Grab tengah melakukan pembicaraan untuk menggabungkan (merger) OVO dengan DANA guna menyaingi usaha uang elektronik milik Gojek yakni Gopay.
Lakukan Peremajaan Armada
Bluebird mengungkapkan salah satu strategi perusahaan untuk tetap 'eksis' di tengah persaingan taksi online ialah peremajaan kendaraan taksi mereka. Menurut Sigit, peremajaan merupakan core bisnis (bisnis utama) Bluebird demi melayani para pelanggannya.
"Tentu itu merupakan strategi core bisnis kita, bagaimana pun juga kami yakin tidak ada pelanggan yang suka dengan kendaraan yang tua. Maka kita lakukan peremajaan kendaraan, ini strategi utama kita agar pelanggan tetap aman dan nyaman," tuturnya.
"Kita juga ada jasa rental jangka panjang karena selain di Bluebird, ada sewa korporasi, menyewa untuk pemakaian 2 sampai 3 tahun. Ini juga menjadi fokus pengembangan tahun depan," pungkasnya.
Menyoal persaingan dengan perusahaan penyedia taksi online atau biasa disebut ride hailing, yakni Grab dan Gojek. Bluebird sebetulnya telah melakukan kerjasama dengan Gojek sejak 2017.
Kolaborasi keduanya terwujud dalam layanan Go-Bluebird. Jenis layanan baru ini, pengguna bisa memesan kendaraan khusus untuk taksi Bluebird.
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20191120172828-185-450066/mau-tetap-eksis-taksi-konvensional-lirik-pembayaran-digital